Sumber: svarga.news
Masalah sampah telah menjadi perhatian dunia. Untuk jenis
sampah pakaian saja, sedikitnya ada 12 ton sampah yang dihasilkan setiap
detiknya. Angka tersebut tentu sangat mencengangkan hingga sukses menarik
perhatian Royal Golden Eagle.
Tingginya sampah pakaian yang dihasilkan tidak lepas dari
masa pakai pakaian yang semakin pendek. Banyak orang yang memandang pakaian
sebagai produk tren yang perlu diganti secara berkala. Kondisi ini semakin
memprihatinkan saat menilik negara-negara dengan jumlah masyarakat kelas
menengah ke atas yang terbilang tinggi. Padahal, sebagian besar pakaian yang
mendominasi dunia fashion terbuat
dari kain sintetis yang berbasis pada bahan plastik.
Isu keberlanjutan selalu menjadi perhatian grup bisnis Royal Golden Eagle dalam menjalankan
operasional bisnisnya. Setiap unit bisnis yang berada di bawahnya memiliki
perhatian yang sama. Sebut saja seperti Asia Pacific Rayon (APR). Lewat rayon
viskosa, APR menawarkan sebuah solusi untuk membantu mengatasi masalah
keberlanjutan dalam industri fashion.
Sustainable Fashion, Masa Depan Dunia Fashion yang Ramah Lingkungan
Sejak beberapa waktu terakhir, gaung kampanye sustainable fashion semakin nyaring
terdengar. Kampanye ini pun mendapat dukungan dari banyak desainer pakaian,
tidak terkecuali desainer pakaian asal Indonesia yang tergabung dalam IFC (Indonesian Fashion Chamber).
Sustainable fashion
sendiri merupakan sebuah gerakan yang berfokus pada prinsip-prinsip
keberlanjutan yang ramah lingkungan. Namun untuk disebut sustainable, ada 3 kriteria yang harus dipenuhi dalam sebuah produk
fashion. Selain terbuat dari bahan
yang mudah didaur ulang, sustainable
fashion juga harus memenuhi kriteria produksi yang ramah lingkungan dan
berdampak positif bagi masyarakat sekitar.
Rayon viskosa dipandang memenuhi kriteria pertama.
Dibandingkan dengan kain sintetis, bahan tekstil yang satu ini juga lebih mudah
terurai. Rayon viskosa juga memiliki nilai estetika yang baik.
Dari segi penampilan, rayon viskosa memiliki tampilan
mengkilap layaknya kain sutra. Warnanya cemerlang dan terasa nyaman saat
dikenakan. Selain itu, bahan tekstil yang satu ini juga mudah dipadukan dengan
kain jenis lain. Untuk alasan itulah, rayon viskosa dipilih sebagai bahan utama
pakaian yang ditampilkan dalam ajang Bali
Fashion Trend 2020.
Rayon Viskosa dalam Bali Fashion Trend 2020
Rayon viskosa, khususnya yang diproduksi oleh Asia Pacific
Rayon (APR) dinilai memenuhi tiga kriteria sustainable
fashion yang telah disebutkan di atas. Dari segi bahan mentah, rayon
viskosa terbuat dari serat kayu. Inilah yang membuatnya lebih mudah terurai.
Untuk alasan itu jugalah, rayon viskosa dipilih sebagai
bahan utama dalam ajang Bali Fashion
Trend 2020. Dalam ajang yang diselenggarakan pada 7 - 9 November 2019
tersebut, sedikitnya ada 35 desainer IFC yang ikut berpartisipasi. Sav Lavin
dan Eny Ming juga ikut meramaikan ajang yang disponsori oleh salah satu unit
bisnis Royal Golden Eagle tersebut.
Dalam Bali Fashion
Trend 2020, keduanya memamerkan sedikitnya 16 karya bertema Everything Indonesia. Karya-karya
bercorak Indonesia dikemas dalam tampilan modern berdasarkan prediksi tren
pakaian musim panas tahun 2020. Pemilihan tema Everything Indonesia ini pun tidak lepas dari tujuan
diselenggarakannya Bali Fashion Trend
2020. Dengan mengusung tema tersebut, diharapkan industri fashion dalam negeri bisa lebih berkembang.
Komitmen Asia Pacific Rayon (APR) dalam mendorong sustainable fashion tidak hanya
diwujudkan dalam bentuk menyediakan bahan tekstil yang lebih ramah lingkungan.
Unit bisnis Royal Golden Eagle
tersebut juga menerapkan praktek produksi yang berkelanjutan.
Bahan baku diambil dari sumber-sumber yang bertanggung
jawab. Proses produksi dijalankan dengan berfokus pada efisiensi dan daur
ulang. Demi membuktikan komitmen tersebut, APR selaku salah satu unit bisnis Royal Golden Eagle juga membuka keran informasi terkait rantai produksinya.